PT Pindad (Persero) telah mengembangkan dan memproduksi panser roda 6 bernama Anoa 6X6. Panser yang laris manis ini telah dipakai oleh TNI untuk misi di dalam dan luar negeri.
Tak berhenti sampai di situ, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertahanan ini, mengembangkan panser dengan senjata berat jenis canon. Panser ini diberi nama 'Badak'.
Beda dengan Anoa yang lebih diperuntukan untuk angkut personil dan dilengkapi senjata ringan, Panser 'Badak' dilengkapi senjata berat jenis canon 90 mm di atas turret. Konsep Panser badak mirip dengan tank namun bedanya ada di roda. Badannya seperti tank, tapi ini roda ban. Tapi basic-nya memang panser.
Untuk pengembangan turret atau canon, Pindad menggandeng perusahaan pertahanan dari Belgia yakni CMI Defence. CMI dinilai memiliki kemampuan kelas dunia dalam memproduksi turret.
Saat di medan tempur, Panser Badak bisa menahan tembakan dengan amunisi 12,7 mm. Saat ini, Panser Badak sedang melalui proses uji untuk memperoleh sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat.
Rencananya, produksi massal dilakukan pada triwulan I-2016 setelah lolos sertifikasi. Nama 'Badak' sendiri diberikan secara langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saar meninjau pameran persenjataan internasional 2014 (Indo-Defence) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Pemberian nama itu dilakukan atas permintaan PT Pindad.
Berdasarkan spesifikasi yang dimiliki, panser ini dibuat khusus untuk pertempuran, beda dengan Panser Anoa yang memang dibuat untuk mengangkut pasukan. Atas alasan itu, panser ini dipasangi sistem persenjataan jenis canon berdiameter 90 milimeter.
Panser ini memuat tiga orang kru, termasuk sopir. Sesuai namanya, panser ini dipakai untuk bertahan maupun penyerangan. PT Pindad mengklaim panser ini unggul dari panser Tarantula yang produk Korea, Kenapa? Kelebihannya pada manuvernya yang lebih tinggi. Harganya sesuai dengan budget TNI dan bentuknya sesuai dengan karakteristik Asia. Harganya di bawah Tarantula.
Panser ini memiliki berat hingga 14 ton dan untuk mendukung laju kendaraan didukung dengan mesin diesel dari Renault, yaitu Diesel Inline 6 silinder Tubo Charger Intercooler berkapasitas 10.800 cc yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 340 horsepower.
Meski berbadan besar dan dilengkapi persenjataan berat, panser ini mampu mencapai kecepatan puncak hingga 90 kilometer per jam. Tak hanya memiliki kecepatan puncak yang cukup cepat, Badak diakui memiliki kemampuan manuver yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Panser Tarantula buatan Korea Selatan.
Sistem transmisi dari Badak sendiri menggunakan transmisi otomatis 6-percepatan. Memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2.5 meter dan tinggi 2,9 meter, Badak Pindad memiliki kemampuan jelajah yang cukup luas sekitar 600 kilometer.
Untuk urusan kenyamanan dan kemampuan menghadapi medan yang ekstrem, PT Pindad menyematkan Independent Double Wisbone tanpa Spring ke Badak. Hal ini ditunjang dengan ban Runflat 1100-R22,5 yang mampu berjalan dalam keadaan tanpa angin hingga sejauh 80 kilometer pada kecepatan tertentu. Keren kan?
Tak berhenti sampai di situ, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertahanan ini, mengembangkan panser dengan senjata berat jenis canon. Panser ini diberi nama 'Badak'.
Beda dengan Anoa yang lebih diperuntukan untuk angkut personil dan dilengkapi senjata ringan, Panser 'Badak' dilengkapi senjata berat jenis canon 90 mm di atas turret. Konsep Panser badak mirip dengan tank namun bedanya ada di roda. Badannya seperti tank, tapi ini roda ban. Tapi basic-nya memang panser.
Untuk pengembangan turret atau canon, Pindad menggandeng perusahaan pertahanan dari Belgia yakni CMI Defence. CMI dinilai memiliki kemampuan kelas dunia dalam memproduksi turret.
Saat di medan tempur, Panser Badak bisa menahan tembakan dengan amunisi 12,7 mm. Saat ini, Panser Badak sedang melalui proses uji untuk memperoleh sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat.
Rencananya, produksi massal dilakukan pada triwulan I-2016 setelah lolos sertifikasi. Nama 'Badak' sendiri diberikan secara langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saar meninjau pameran persenjataan internasional 2014 (Indo-Defence) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Pemberian nama itu dilakukan atas permintaan PT Pindad.
Berdasarkan spesifikasi yang dimiliki, panser ini dibuat khusus untuk pertempuran, beda dengan Panser Anoa yang memang dibuat untuk mengangkut pasukan. Atas alasan itu, panser ini dipasangi sistem persenjataan jenis canon berdiameter 90 milimeter.
Panser ini memuat tiga orang kru, termasuk sopir. Sesuai namanya, panser ini dipakai untuk bertahan maupun penyerangan. PT Pindad mengklaim panser ini unggul dari panser Tarantula yang produk Korea, Kenapa? Kelebihannya pada manuvernya yang lebih tinggi. Harganya sesuai dengan budget TNI dan bentuknya sesuai dengan karakteristik Asia. Harganya di bawah Tarantula.
Panser ini memiliki berat hingga 14 ton dan untuk mendukung laju kendaraan didukung dengan mesin diesel dari Renault, yaitu Diesel Inline 6 silinder Tubo Charger Intercooler berkapasitas 10.800 cc yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 340 horsepower.
Meski berbadan besar dan dilengkapi persenjataan berat, panser ini mampu mencapai kecepatan puncak hingga 90 kilometer per jam. Tak hanya memiliki kecepatan puncak yang cukup cepat, Badak diakui memiliki kemampuan manuver yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Panser Tarantula buatan Korea Selatan.
Sistem transmisi dari Badak sendiri menggunakan transmisi otomatis 6-percepatan. Memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2.5 meter dan tinggi 2,9 meter, Badak Pindad memiliki kemampuan jelajah yang cukup luas sekitar 600 kilometer.
Untuk urusan kenyamanan dan kemampuan menghadapi medan yang ekstrem, PT Pindad menyematkan Independent Double Wisbone tanpa Spring ke Badak. Hal ini ditunjang dengan ban Runflat 1100-R22,5 yang mampu berjalan dalam keadaan tanpa angin hingga sejauh 80 kilometer pada kecepatan tertentu. Keren kan?