Indonesia ternyata memiliki perpustakaan kayu terbesar ketiga di dunia bernama Xylarium Bogoriense yang didirikan pemerintahan kolonial Belanda sejak 1914. Jumlah koleksinya sudah mencapai 34.301 spesimen kayu yang terdiri dari 110 suku (famili), 675 marga (genus), dan 3.667 spesies.
"Xylarium Bogoriense bermanfaat untuk edukasi, pendidikan, dan wisata sejarah tanaman pohon di Indonesia," kata peneliti anatomi kayu di Xylarium Bogoriense, Andianto kepada Republika, akhir pekan lalu.
Fosil kayu kadal purba berusia 20 juta tahun yang membuat kagum para peneliti.
Koleksi spesimen kayu di Xylarium Bogoriense merupakan terbesar ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dengan 100 ribu spesimen dan Belgia 57.165 spesimen. Xylarium adalah satuan kerja uang yang bertugas mengumpulkan dan menyimpan contoh kayu dari berbagai jenis pohon seluruh hutan Indonesia.
Ada empat fungsi utama perpustakaan kayu yang berlokasi di Jalan Gunung Batu, Bogor ini. Pertama, sarana penunjang penelitian ciri anatomi dan taksonomi tumbuhan berkayu. Kedua, bahan rujukan dan identifikasi contoh kayu tak dikenal.
Ketiga, sumber informasi nama lokal dan nama ilmiah kayu. Keempat, sumber informasi keanekaragaman jenis kayu di wilayah tertentu. Kelima, sumber informasi wilayah persebaran jenis-jenis kayu tertentu.
Identifikasi kayu merupakan tahapan awal yang sangat penting. Misalnya untuk mengetahui jenis-jenis kayu yang diperdagangkan, peruntukannya, serta menentukan nilai kayu tersebut.
Identifikasi kayu tak jarang dibutuhkan aparat kepolisian, kejaksaan, dan bea cukai untuk memastikan spesies kayu dilindungi yang dilarang diperjualbelikan, serta diselundupkan.
Andianto mengatakan, mulai tahun ini, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan meneliti tentang fosil kayu. Sayangnya, Indonesia belum memiliki museum khusus untuk fosil kayu.
"Thailand saja sudah punya. Ini bermanfaat untuk edukasi, koleksi budaya, serta wisata sejarah tanaman pohon di Indonesia," kata Andianto.
Thailand dan Indonesia adalah negara yang sama-sama menghasilkan fosil kayu di dunia. Kekayaan jenis tanaman berkayu Indonesia bahkan masuk tiga besar dunia. Akan tetapi, Thailand telah lebih dulu memiliki museum dan pusat penelitian fosil kayu di Provinsi Nakhon Rhatcashima sejak 1999.
AS bahkan sudah mendirikan dua taman nasional fosil kayu yang berlokasi di Arizona dan Missisipi, masing-masingnya sejak 1963 dan 1966.
"Xylarium Bogoriense bermanfaat untuk edukasi, pendidikan, dan wisata sejarah tanaman pohon di Indonesia," kata peneliti anatomi kayu di Xylarium Bogoriense, Andianto kepada Republika, akhir pekan lalu.
Fosil kayu kadal purba berusia 20 juta tahun yang membuat kagum para peneliti.
Koleksi spesimen kayu di Xylarium Bogoriense merupakan terbesar ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dengan 100 ribu spesimen dan Belgia 57.165 spesimen. Xylarium adalah satuan kerja uang yang bertugas mengumpulkan dan menyimpan contoh kayu dari berbagai jenis pohon seluruh hutan Indonesia.
Ada empat fungsi utama perpustakaan kayu yang berlokasi di Jalan Gunung Batu, Bogor ini. Pertama, sarana penunjang penelitian ciri anatomi dan taksonomi tumbuhan berkayu. Kedua, bahan rujukan dan identifikasi contoh kayu tak dikenal.
Ketiga, sumber informasi nama lokal dan nama ilmiah kayu. Keempat, sumber informasi keanekaragaman jenis kayu di wilayah tertentu. Kelima, sumber informasi wilayah persebaran jenis-jenis kayu tertentu.
Identifikasi kayu merupakan tahapan awal yang sangat penting. Misalnya untuk mengetahui jenis-jenis kayu yang diperdagangkan, peruntukannya, serta menentukan nilai kayu tersebut.
Identifikasi kayu tak jarang dibutuhkan aparat kepolisian, kejaksaan, dan bea cukai untuk memastikan spesies kayu dilindungi yang dilarang diperjualbelikan, serta diselundupkan.
Andianto mengatakan, mulai tahun ini, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan meneliti tentang fosil kayu. Sayangnya, Indonesia belum memiliki museum khusus untuk fosil kayu.
"Thailand saja sudah punya. Ini bermanfaat untuk edukasi, koleksi budaya, serta wisata sejarah tanaman pohon di Indonesia," kata Andianto.
Thailand dan Indonesia adalah negara yang sama-sama menghasilkan fosil kayu di dunia. Kekayaan jenis tanaman berkayu Indonesia bahkan masuk tiga besar dunia. Akan tetapi, Thailand telah lebih dulu memiliki museum dan pusat penelitian fosil kayu di Provinsi Nakhon Rhatcashima sejak 1999.
AS bahkan sudah mendirikan dua taman nasional fosil kayu yang berlokasi di Arizona dan Missisipi, masing-masingnya sejak 1963 dan 1966.