Indonesia memiliki putra putri bangsa yang cerdas dan mengabdikan hidupnya pada negara. B.J Habibie, Soekarno, Soemitro Djojohadikoesoemo dan masih banyak lagi, mendedikasikan seluruh tenaga dan pemikirannya untuk tanah air tercinta.
Begitu juga dengan Sri Mulyani, perempuan sederhana dengan rambut pendek sebahu ini adalah contoh bagaimana niat baik dan kerja keras bisa membawa Indonesia pada perubahan besar-besaran.
Namanya Sri Mulyani, Ibu dari 3 anak ini kini sudah tidak lagi tinggal di Indonesia. Bukan karena tidak lagi cinta pada negaranya, namun karena beliau mengemban tugas yang lebih besar.
Setelah begitu banyak terobosan yang ia cetuskan dan membersihkan kementerian dari KKN dan birokrasi yang menyulitkan, ia seolah ‘terbuang’. Ia disangkutkan dengan kasus bailout Bank Century, dituduh ikut andil dalam kasus yang tak kunjung usai ini.
Sri Mulyani hanya diam dan mengikuti aturan, berpegang teguh pada kebenaran. Beliau tahu benar bahwa di luar sana banyak yang mengincarnya, karena kejujuran dan ketegasannya.
Perempuan hebat yang mendirikan beasiswa LPDP bagi mahasiswa Indonesia ini seolah ‘terusir’ dari negerinya sendiri, kemudian seperti permata yang terpendam, ia diangkat oleh Bank Dunia menjadi Direktur Pelaksana.
Hal ini menjadi bukti bahwa, Sri Mulyani adalah orang yang baik dan bersih. Jika selama ini publik hanya mengetahui bahwa beliau dulu adalah menteri keuangan di era Kabinet Indonesia Bersatu yang tersangkut kasus pelik Bank Century.
Namun Sri Mulyani lebih dari itu, kisah hidupnya akan membuka mata kita semua bahwa, Sri Mulyani adalah pahlawan masa kini. Berikut kisah hidup beliau yang menguras air mata dan penuh dengan perjuangan
Pada Bahu Sri Mulyani, Indonesia Bersandar dan Selamat dari Krisis Ekonomi
Anda masih ingat mengenai krisis ekonomi parah yang menghantam Amerika Serikat beberapa tahun lalu? Kala itu, perekonomian dunia morat marit tidak karuan bahkan Yunani dinyatakan pailit beberapa bulan lalu.
Jika negara-negara maju saja ambruk dan beberapa negara bagian di Amerika bangkrut, lantas bagaimana bisa Indonesia yang notabene negara berkembang dan masih rapuh, bisa selamat bahkan kursnya menguat pesat?
Ibu Sri Mulyani yang tidak tidur berhari-hari, merumuskan langkah-langkah untuk menghadang krisis ekonomi global menyerang Indonesia. Beliau memimpin rapat dari pagi hingga malam, dengan beban luar biasa besar. Nasib negeri ini, digantungkan pada bahunya.
2 hari 2 malam, Sri Mulyani memimpin rapat yang konon menjadi tonggak dibangunnya benteng tebal yang menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi global. Beliau tahu benar bahwa jabatannya sebagai Menteri Keuangan saat itu menjadi tumpuan dan harapan untuk menentukan langkah Indonesia ke depan.
Dalam waktu 48 jam, segala hal penting di Indonesia dari hulu ke hilir, kurs, suku bunga, devisa, likuiditas, rush, neraca perdagangan, stimulus, dan seterusnya harus Sri Mulyani handle. Semua harus beliau pikirkan dengan matang dan teliti agar jangan sampai salah mengambil keputusan.
Bahkan saat orangtuanya meninggal, Sri Mulyani dihadapkan pada keputusan sulit. Meninggalkan rapat dan datang ke rumah duka, atau meneruskan rapat dengan risiko tak akan bisa melihat wajah sang orangtua untuk terakhir kalinya.
Namun ia tahu bahwa Indonesia lebih membutuhkannya saat itu. Begitu semua rapat berakhir, Sri Mulyani mengambil wudhu dan sholat. Saat berdoa, ia menangis sejadi-jadinya. Bagaimanapun juga, beliau juga manusia yang punya perasaan dan rasa sedih, sama seperti yang lainnya.
Berkat cucuran keringat dan kerja kerasnya, kita semua tidak merasakan pabrik-pabrik harus tutup seperti di Amerika. Atau kurs mata uang hancur lebur seperti di negara lainnya. Kita seolah hidup di planet lain yang tidak merasakan kerasnya pukulan krisis ekonomi, bahkan PHK dan melonjaknya harga-harga juga tidak terjadi.
Setelah badai terlewati, beliau menghela napas panjang dan tersenyum. Upayanya mati-matian menahkodai keuangan dan perekonomian di Indonesia di saat genting berbuah manis.
Meski Jadi Menteri, Anak Sri Mulyani Harus Berhemat karena Gaji Menteri Tidak Cukup
Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar jabatan menteri? Banyak uang, ke mana-mana naik kendaraan mewah dan hidupnya terjamin? Nyatanya hal itu tak terjadi pada hidup Sri Mulyani dan keluarganya.
Justru saat ia menjadi menteri, gaji yang ‘hanya’ 19 juta rupiah itu harus ia atur baik-baik untuk biaya rumah tangga dan sekolah anaknya. Bahu membahu bersama sang suami, Sri Mulyani menabung sedikit demi sedikit untuk masa depan putra putrinya.
Bahkan saat sang putri sulung, Dewinta Illinia berangkat kuliah ke Australia, Sri Mulyani mengajak bicara anak pertamanya itu, hati ke hati. Beliau memberikan buku tabungan yang berisi gajinya saat menjabat sebagai Executive Director International Monetary Fund pada 2002-2004.
“Kamu harus hidup dengan ini. Mama enggak punya uang sekarang, beda dengan dulu,” tutur Sri Mulyani pada Dewinta. Ia berharap putrinya itu hidup sederhana di negeri kanguru, belajar dengan baik dan segera lulus. Begitu berat Sri Mulyani melepas putri tercintanya tinggal jauh di benua seberang, padahal dalam hati ia menjerit.
Sri Mulyani tak pernah bisa jauh dari keluarganya. Namun ia tahu bahwa masa depan Dewinta jauh lebih penting. Ia membekali ilmu paling berharga pada anak-anaknya, yaitu mengenai hidup sesuai dengan kemampuan dan stay on the track. Semasa Dewinta kuliah di Australia, Sri Mulyani mempergunakan gajinya dengan sebaik-baiknya, karena masih ada 2 anak lagi yang juga butuh dibiayai.
Kado Paling Menyakitkan Saat Ultah Sri Mulyani, adalah Kasus Bank Century
Ulang tahu seharusnya menjadi momen yang membahagiakan. Namun sepertinya hal ini tak berlaku bagi Sri Mulyani beberapa tahun yang lalu. Perempuan dengan wajah bersahaja dan berpenampilan sederhana ini harus menerima ‘kado’ menyakitkan, dana talangan untuk Bank Century yang ia setujui, mulai dipermasalahkan dan meledak.
Sri Mulyani diserang habis-habisan oleh DPR. Beliau disalahkan karena seharusnya tidak mencairkan dana sebanyak 6 trilyun lebih bagi bank ‘kecil’ seperti Century. Wanita berkacamata ini dengan susah payah menjelaskan alasannya, dengan perumpaan yang ia harapkan bisa diterima oleh semua orang, termasuk para anggota dewan yang terhormat.
“Jika ada rumah terbakar, tidak mungkin dibiarkan karena api bisa membakar seisi kampung.” Bahwa di dalam rumah itu ada perampok, “Ya tangkap perampoknya,” kata Sri Mulyani dengan suara bergetar.
Namun tetap aja, ia disudutkan dan dicerca tak henti-hentinya. Beliau mengatakan ingat betul kapan mula dana talangan bank Century melejit menjadi suatu pemasalahan.
“Tentu saya ingat, karena hari itu adalah hari ulang tahun saya,” ujarnya dengan getir. Perjuangannya menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi global, dibayar dengan tamparan dan tuduhan menyakitkan.
Sri Mulyani Dijegal di Negeri Sendiri, Tapi Dunia Membungkukkan Kepala padanya
Sri Mulyani bukan tipe orang yang suka mencari muka apalagi sensasi. Ia tidak akan berkoar-koar di media seperti para politisi, dan lebih banyak diam serta menaati aturan yang berlaku. Begitu juga saat ia berkali-kali dipanggil untuk menjadi saksi bailout Bank Century, dan dituduh terlibat kasus yang tak pernah ia lakoni.
Ketika akhirnya ia ‘tersisih’ dan seolah semua jasanya pada Indonesia menguap begitu saja, Bank Dunia datang dan meminangnya untuk bekerja di sana. Pujian ahli-ahli ekonomi bahkan Presiden dan menteri dari negara lain pada Sri Mulyani pasca tindakan heroiknya pada krisis tahun 2008 terus mengalir. Ironis sekali bukan? di negeri sendiri, ia dijegal habis-habisan.
Menerima tawaran dari Bank Dunia bukanlah hal mudah bagi Sri Mulyani. Dewinta meneleponnya dan berkata bahwa itu tidak adil. Jika sang Ibu harus pindah ke Amerika Serikat maka jaraknya dari Australia sungguh jauh sekali. Mama, it’s not fair! Ujar anak-anaknya.
Belum lagi putra keduanya sudah diterima kuliah di UGM, Yogyakarta. Bisa dibayangkan betapa beratnya Sri Mulyani hidup berpencar dengan para anggota keluarganya, menahan rindu yang membuncah tiap harinya. Sosok yang dinyatakan sebagai perempuan paling berpengaruh nomor 23 di dunia versi majalah Forbes ini berusaha tegar dan tersenyum, seperti biasa.
Akhirnya ia berangkat mengemban tugas dan tanggungjawab yang lebih besar. Pemikiran dan juga dedikasinya kini dirasakan oleh seluruh negara di dunia. Walau terkadang, ia kerap menangis di saat sujud sholatnya, sembari berdoa semoga anak-anak dan suaminya selalu dilindungi oleh Tuhan yang Maha Esa.
Sudahkah Indonesia Berterimakasih Pada Sri Mulyani?
Sri Mulyani memang tidak bertempur di medan perang, namun jasanya tak kalah dari para pejuang kemerdekaan. Di Indonesia, Sri Mulyani dianggap Menteri Keuangan andal dan lurus memerangi korupsi.
Beliau memelopori reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Dia berusaha membersihkan Direktorat Jenderal Pajak serta Bea dan Cukai, dua lembaga yang kerap disebut sarang penyamun.
Kala itu, ratusan orang pegawai pajak dan bea-cukai dipecatnya lantaran korupsi. Setelah ‘bersih-bersih’, ia mendirikan lembaga LPDP dan memprakarsai beasiswa bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi baik di dalam dan di luar negeri.
Tahukah Anda, ribuan putra putri bangsa diberangkatkan menuntut ilmu dengan biaya yang mumpuni, berkat gagasan Sri Mulyani? Tidak hanya itu saja, ketika ini ia menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, bisa dibayangkan betapa besar tanggung jawab yang harus ia laksanakan.
Walau dituduh bersalah karena ‘menolong’ Bank Century. Padahal jika saat itu bank milik Robert Tantular itu tak diberikan dana bailout alias dana talangan dan kolaps, maka krisis ekonomi diprediksi akan terjadi.
Keputusan dilematis dan penuh risiko yang ia ambil, membuatnya jadi bulan-bulanan dan dipersalahkan. Padahal tidak satu rupiahpun Sri Mulyani menikmati uang bailout tersebut. Tidak secuilpun ia pernah makan selain dari gaji dirinya dan suaminya.
Lagi-lagi Sri Mulyani tak pernah membangkang pada hukum, dan berusaha memberikan penjelasan kenapa ia mengambil keputusan tersebut. Tapi sudahlah, kini beliau sudah hidup dengan tenang dan damai di Washington DC. Jerih payahnya kini tak hanya dirasakan warga Indonesia, tapi seluruh dunia.
Jadi, sudahkah Indonesia, negara kita tercinta ini mengucapkan terimakasih pada ibu Sri Mulyani? Jangan marah jika kini perekonomian Indonesia kadang tak terkendali. Jangan gusar jika kasus korupsi makin menjadi.
Karena sosok bersih dan cerdas seperti Mulyani malah ‘dibuang’ dan akhirnya diangkat derajatnya oleh Bank Dunia, Indonesia hanya bisa gigit jari.
Tambahan
Begitu juga dengan Sri Mulyani, perempuan sederhana dengan rambut pendek sebahu ini adalah contoh bagaimana niat baik dan kerja keras bisa membawa Indonesia pada perubahan besar-besaran.
Namanya Sri Mulyani, Ibu dari 3 anak ini kini sudah tidak lagi tinggal di Indonesia. Bukan karena tidak lagi cinta pada negaranya, namun karena beliau mengemban tugas yang lebih besar.
Sri Mulyani hanya diam dan mengikuti aturan, berpegang teguh pada kebenaran. Beliau tahu benar bahwa di luar sana banyak yang mengincarnya, karena kejujuran dan ketegasannya.
Perempuan hebat yang mendirikan beasiswa LPDP bagi mahasiswa Indonesia ini seolah ‘terusir’ dari negerinya sendiri, kemudian seperti permata yang terpendam, ia diangkat oleh Bank Dunia menjadi Direktur Pelaksana.
Hal ini menjadi bukti bahwa, Sri Mulyani adalah orang yang baik dan bersih. Jika selama ini publik hanya mengetahui bahwa beliau dulu adalah menteri keuangan di era Kabinet Indonesia Bersatu yang tersangkut kasus pelik Bank Century.
Namun Sri Mulyani lebih dari itu, kisah hidupnya akan membuka mata kita semua bahwa, Sri Mulyani adalah pahlawan masa kini. Berikut kisah hidup beliau yang menguras air mata dan penuh dengan perjuangan
Pada Bahu Sri Mulyani, Indonesia Bersandar dan Selamat dari Krisis Ekonomi
Anda masih ingat mengenai krisis ekonomi parah yang menghantam Amerika Serikat beberapa tahun lalu? Kala itu, perekonomian dunia morat marit tidak karuan bahkan Yunani dinyatakan pailit beberapa bulan lalu.
Jika negara-negara maju saja ambruk dan beberapa negara bagian di Amerika bangkrut, lantas bagaimana bisa Indonesia yang notabene negara berkembang dan masih rapuh, bisa selamat bahkan kursnya menguat pesat?
Ibu Sri Mulyani yang tidak tidur berhari-hari, merumuskan langkah-langkah untuk menghadang krisis ekonomi global menyerang Indonesia. Beliau memimpin rapat dari pagi hingga malam, dengan beban luar biasa besar. Nasib negeri ini, digantungkan pada bahunya.
2 hari 2 malam, Sri Mulyani memimpin rapat yang konon menjadi tonggak dibangunnya benteng tebal yang menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi global. Beliau tahu benar bahwa jabatannya sebagai Menteri Keuangan saat itu menjadi tumpuan dan harapan untuk menentukan langkah Indonesia ke depan.
Dalam waktu 48 jam, segala hal penting di Indonesia dari hulu ke hilir, kurs, suku bunga, devisa, likuiditas, rush, neraca perdagangan, stimulus, dan seterusnya harus Sri Mulyani handle. Semua harus beliau pikirkan dengan matang dan teliti agar jangan sampai salah mengambil keputusan.
Bahkan saat orangtuanya meninggal, Sri Mulyani dihadapkan pada keputusan sulit. Meninggalkan rapat dan datang ke rumah duka, atau meneruskan rapat dengan risiko tak akan bisa melihat wajah sang orangtua untuk terakhir kalinya.
Namun ia tahu bahwa Indonesia lebih membutuhkannya saat itu. Begitu semua rapat berakhir, Sri Mulyani mengambil wudhu dan sholat. Saat berdoa, ia menangis sejadi-jadinya. Bagaimanapun juga, beliau juga manusia yang punya perasaan dan rasa sedih, sama seperti yang lainnya.
Berkat cucuran keringat dan kerja kerasnya, kita semua tidak merasakan pabrik-pabrik harus tutup seperti di Amerika. Atau kurs mata uang hancur lebur seperti di negara lainnya. Kita seolah hidup di planet lain yang tidak merasakan kerasnya pukulan krisis ekonomi, bahkan PHK dan melonjaknya harga-harga juga tidak terjadi.
Setelah badai terlewati, beliau menghela napas panjang dan tersenyum. Upayanya mati-matian menahkodai keuangan dan perekonomian di Indonesia di saat genting berbuah manis.
Meski Jadi Menteri, Anak Sri Mulyani Harus Berhemat karena Gaji Menteri Tidak Cukup
Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar jabatan menteri? Banyak uang, ke mana-mana naik kendaraan mewah dan hidupnya terjamin? Nyatanya hal itu tak terjadi pada hidup Sri Mulyani dan keluarganya.
Justru saat ia menjadi menteri, gaji yang ‘hanya’ 19 juta rupiah itu harus ia atur baik-baik untuk biaya rumah tangga dan sekolah anaknya. Bahu membahu bersama sang suami, Sri Mulyani menabung sedikit demi sedikit untuk masa depan putra putrinya.
Bahkan saat sang putri sulung, Dewinta Illinia berangkat kuliah ke Australia, Sri Mulyani mengajak bicara anak pertamanya itu, hati ke hati. Beliau memberikan buku tabungan yang berisi gajinya saat menjabat sebagai Executive Director International Monetary Fund pada 2002-2004.
“Kamu harus hidup dengan ini. Mama enggak punya uang sekarang, beda dengan dulu,” tutur Sri Mulyani pada Dewinta. Ia berharap putrinya itu hidup sederhana di negeri kanguru, belajar dengan baik dan segera lulus. Begitu berat Sri Mulyani melepas putri tercintanya tinggal jauh di benua seberang, padahal dalam hati ia menjerit.
Sri Mulyani tak pernah bisa jauh dari keluarganya. Namun ia tahu bahwa masa depan Dewinta jauh lebih penting. Ia membekali ilmu paling berharga pada anak-anaknya, yaitu mengenai hidup sesuai dengan kemampuan dan stay on the track. Semasa Dewinta kuliah di Australia, Sri Mulyani mempergunakan gajinya dengan sebaik-baiknya, karena masih ada 2 anak lagi yang juga butuh dibiayai.
Kado Paling Menyakitkan Saat Ultah Sri Mulyani, adalah Kasus Bank Century
Ulang tahu seharusnya menjadi momen yang membahagiakan. Namun sepertinya hal ini tak berlaku bagi Sri Mulyani beberapa tahun yang lalu. Perempuan dengan wajah bersahaja dan berpenampilan sederhana ini harus menerima ‘kado’ menyakitkan, dana talangan untuk Bank Century yang ia setujui, mulai dipermasalahkan dan meledak.
Sri Mulyani diserang habis-habisan oleh DPR. Beliau disalahkan karena seharusnya tidak mencairkan dana sebanyak 6 trilyun lebih bagi bank ‘kecil’ seperti Century. Wanita berkacamata ini dengan susah payah menjelaskan alasannya, dengan perumpaan yang ia harapkan bisa diterima oleh semua orang, termasuk para anggota dewan yang terhormat.
“Jika ada rumah terbakar, tidak mungkin dibiarkan karena api bisa membakar seisi kampung.” Bahwa di dalam rumah itu ada perampok, “Ya tangkap perampoknya,” kata Sri Mulyani dengan suara bergetar.
Namun tetap aja, ia disudutkan dan dicerca tak henti-hentinya. Beliau mengatakan ingat betul kapan mula dana talangan bank Century melejit menjadi suatu pemasalahan.
“Tentu saya ingat, karena hari itu adalah hari ulang tahun saya,” ujarnya dengan getir. Perjuangannya menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi global, dibayar dengan tamparan dan tuduhan menyakitkan.
Sri Mulyani Dijegal di Negeri Sendiri, Tapi Dunia Membungkukkan Kepala padanya
Sri Mulyani bukan tipe orang yang suka mencari muka apalagi sensasi. Ia tidak akan berkoar-koar di media seperti para politisi, dan lebih banyak diam serta menaati aturan yang berlaku. Begitu juga saat ia berkali-kali dipanggil untuk menjadi saksi bailout Bank Century, dan dituduh terlibat kasus yang tak pernah ia lakoni.
Ketika akhirnya ia ‘tersisih’ dan seolah semua jasanya pada Indonesia menguap begitu saja, Bank Dunia datang dan meminangnya untuk bekerja di sana. Pujian ahli-ahli ekonomi bahkan Presiden dan menteri dari negara lain pada Sri Mulyani pasca tindakan heroiknya pada krisis tahun 2008 terus mengalir. Ironis sekali bukan? di negeri sendiri, ia dijegal habis-habisan.
Menerima tawaran dari Bank Dunia bukanlah hal mudah bagi Sri Mulyani. Dewinta meneleponnya dan berkata bahwa itu tidak adil. Jika sang Ibu harus pindah ke Amerika Serikat maka jaraknya dari Australia sungguh jauh sekali. Mama, it’s not fair! Ujar anak-anaknya.
Belum lagi putra keduanya sudah diterima kuliah di UGM, Yogyakarta. Bisa dibayangkan betapa beratnya Sri Mulyani hidup berpencar dengan para anggota keluarganya, menahan rindu yang membuncah tiap harinya. Sosok yang dinyatakan sebagai perempuan paling berpengaruh nomor 23 di dunia versi majalah Forbes ini berusaha tegar dan tersenyum, seperti biasa.
Akhirnya ia berangkat mengemban tugas dan tanggungjawab yang lebih besar. Pemikiran dan juga dedikasinya kini dirasakan oleh seluruh negara di dunia. Walau terkadang, ia kerap menangis di saat sujud sholatnya, sembari berdoa semoga anak-anak dan suaminya selalu dilindungi oleh Tuhan yang Maha Esa.
Sudahkah Indonesia Berterimakasih Pada Sri Mulyani?
Sri Mulyani memang tidak bertempur di medan perang, namun jasanya tak kalah dari para pejuang kemerdekaan. Di Indonesia, Sri Mulyani dianggap Menteri Keuangan andal dan lurus memerangi korupsi.
Beliau memelopori reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Dia berusaha membersihkan Direktorat Jenderal Pajak serta Bea dan Cukai, dua lembaga yang kerap disebut sarang penyamun.
Kala itu, ratusan orang pegawai pajak dan bea-cukai dipecatnya lantaran korupsi. Setelah ‘bersih-bersih’, ia mendirikan lembaga LPDP dan memprakarsai beasiswa bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi baik di dalam dan di luar negeri.
Tahukah Anda, ribuan putra putri bangsa diberangkatkan menuntut ilmu dengan biaya yang mumpuni, berkat gagasan Sri Mulyani? Tidak hanya itu saja, ketika ini ia menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, bisa dibayangkan betapa besar tanggung jawab yang harus ia laksanakan.
Walau dituduh bersalah karena ‘menolong’ Bank Century. Padahal jika saat itu bank milik Robert Tantular itu tak diberikan dana bailout alias dana talangan dan kolaps, maka krisis ekonomi diprediksi akan terjadi.
Keputusan dilematis dan penuh risiko yang ia ambil, membuatnya jadi bulan-bulanan dan dipersalahkan. Padahal tidak satu rupiahpun Sri Mulyani menikmati uang bailout tersebut. Tidak secuilpun ia pernah makan selain dari gaji dirinya dan suaminya.
Jadi, sudahkah Indonesia, negara kita tercinta ini mengucapkan terimakasih pada ibu Sri Mulyani? Jangan marah jika kini perekonomian Indonesia kadang tak terkendali. Jangan gusar jika kasus korupsi makin menjadi.
Karena sosok bersih dan cerdas seperti Mulyani malah ‘dibuang’ dan akhirnya diangkat derajatnya oleh Bank Dunia, Indonesia hanya bisa gigit jari.
Tambahan