Sri Mulyani adalah Srikandi Indonesia yang sangat hebat. Kepandaian, dan kepribadian yang kuat dari beliau membuat Sri Mulyani, atau sering disebut Mbak Ani ini diakui oleh dunia.
Tak tanggung-tanggung, Majalah Forbes menganugerahinya sebagai satu dari seratus wanita paling berpengaruh di dunia. Namun prestasi yang diberikan Sri Mulyani kepada Indonesia kadang tak dihargai dengan baik.
Ia kerap disudutkan oleh orang berkepentingan. Namun kekuatan dan ketegasan dari Sri Mulyani membuat ia selalu lolos dari masalah. Kejujuran dan sikap bertanggung jawab benar-benar membuat Sri Mulyani layak kita teladani.
Berikut kisah-kisah teladan Sri Mulyani yang layak kita baca dan renungkan!
Menjunjung Tinggi Nurani yang Sesuai Dengan Keyakinannya
Sri Mulyani adalah seorang yang sangat tegas. Ia membuktikan itu saat menjadi Menteri Keuangan di era SBY. Saat itu ia mendapatkan banyak tekanan politik. Bahkan ia dianggap tidak setiap terhadap salah satu pihak. Sri Mulyani tak tahan dengan itu semua. Akhirnya ia lebih memilih melepas jabatan prestisius itu. Menteri Keuangan Indonesia yang ditugaskan padanya dilepas dengan mudah.
Sri Mulyani tidak ingin nuraninya disakiti. Terlebih harus mengikuti keinginan beberapa pihak. Meski merasa berat, akhirnya Sri Mulyani lebih memilih jadi pengangguran saja. Biar saja jabatan itu dimiliki oleh orang lain.
Apa yang dilakukan oleh Sri Mulyani ternyata tidaklah sia-sia. Usai melepas jabatan Menteri justru ia mendapatkan tawaran kerja sebagai Managing Director World Bank di Washington DC.
Rejeki enggak ke mana selama niatnya baik, kan?
Dilema Sebuah Tugas Negara dan Mengabdi Pada Orang Tua
Pada tahun 2008 saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, Sri Mulyani mengalami pilihan terberat dalam hidupnya. Ia harus memilih untuk melakukan rapat dengan pelaku usaha dan emiten. Atau ke rumah sakit karena sang ibu dalam kondisi super kritis.
Namun pada akhirnya Sri Mulyani tetap memimpin rapat secara profesional meski suasana hatinya sangat kacau memikirkan kondisi ibunya. Setelah rapat selesai, Sri Mulyani akhirnya mendapat kabar jika sang ibu.
Orang yang mendidiknya selama ini telah meninggal dengan tenang. Dengan jiwa terguncang, Sri Mulyani akhirnya memilih Sholat Magrib terlebih dahulu. Di akhir sholat beliau tak bisa lagi menahan beban. Tangisnya tumpah ruah.
Sri Mulyani mengatakan kepada media: “Saya tetaplah manusia biasa, seorang anak yang baru kehilangan ibunya.”
Kesederhanaan yang Tertancap Sejak Kecil
Kedua orang tua Sri Mulyani adalah Profesor yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk dunia pendidikan. Pasangan suami istri ini dianugerahi 10 anak, Sri Mulyani adalah anak ke-7.
Meski memiliki anak banyak, orang tua dari Sri Mulyani selalu menekan anaknya sekolah setinggi langit. Itulah mengapa rata-rata saudara dari Sri Mulyani bergelar S2 dan S3, bahkan ada yang profesor.
Sejak kecil, orang tua Sri Mulyani selalu mengajarkan kesederhanaan. Nilai moral yang baik tak pernah luput dari ajaran dua profesor ini. Itulah mengapa Sri Mulyani juga mengajarkan sebuah kesederhanaan kepada ketiga anaknya. Meski seorang menteri, Sri Mulyani juga hidup cukup susah.
Ia harus menyekolahkan anaknya yang pertama ke Australia. Belum lagi anak keduanya juga masuk ke Kedokteran UI. Uang yang dimiliki Sri Mulyani semakin menipis. Tapi ia tetap berusaha dengan kuat. Bahkan bila perlu ia akan bekerja tanpa berhenti.
Sangat Membenci Korupsi dan Suka Beramal
Jika Sri Mulyani melakukan korupsi maka ia tak akan kesusahan dalam menyekolahkan anak-anaknya. Sri Mulyani justru mengungkap banyak kasus korupsi yang ada di departemennya.
Ia menganggap korupsi adalah hal yang tak layak untuk dilakukan. Terlebih orang tuanya sangatlah melarang. Daripada korupsi, Sri Mulyani lebih suka beramal.
Seperti yang dituturkan sopir pribadinya sebelum Sri Mulyani mulai kerja di Amerika. Sopir itu menuturkan jika Sri Mulyani kerap berhenti di tengah jalan hanya untuk memberi uang kepada pengemis.
Hal ini dilakukan berkali-kali. Sri Mulyani tidak tega melihat kesengsaraan orang lain.
Tanggung Jawab Adalah Hal yang Harus Dipenuhi
Sepejabat-pejabatnya Sri Mulyani, ia tetaplah ibu yang setiap pagi membuatkan bekal untuk anak-anaknya. Bahkan kerap bingung jika anak mendapat ujian jelek. Sementri-mentrinya Sri Mulyani ia tetaplah istri yang bertanggung jawab atas suami dan urusan rumah tangga.
Dalam dunia pekerjaan, Sri Mulyani dikenal sangat disiplin. Bahkan ia pernah menerobos jalur Busway agar segera tiba di tempat rapat. Bagi Sri Mulyani, kewajiban adalah hal yang wajib dipenuhi. Tak peduli di saat yang sama orang tua sedang sakit hingga meninggal dunia.
Inilah sekelumit kisah dari Mbak Ani, atau Sri Mulyani yang layak kita teladani. Ia menjadi seorang wanita yang hebat dengan memegang keyakinannya. Ia bergerak dengan apa yang menurutnya benar.
Meski tak terlihat dengan jelas, tapi apa yang dilakukan Sri Mulyani adalah simbol nasionalismenya untuk Indonesia. Berjuang dengan keras, tapi selalu jujur di mana saja!
Tak tanggung-tanggung, Majalah Forbes menganugerahinya sebagai satu dari seratus wanita paling berpengaruh di dunia. Namun prestasi yang diberikan Sri Mulyani kepada Indonesia kadang tak dihargai dengan baik.
Ia kerap disudutkan oleh orang berkepentingan. Namun kekuatan dan ketegasan dari Sri Mulyani membuat ia selalu lolos dari masalah. Kejujuran dan sikap bertanggung jawab benar-benar membuat Sri Mulyani layak kita teladani.
Berikut kisah-kisah teladan Sri Mulyani yang layak kita baca dan renungkan!
Menjunjung Tinggi Nurani yang Sesuai Dengan Keyakinannya
Sri Mulyani adalah seorang yang sangat tegas. Ia membuktikan itu saat menjadi Menteri Keuangan di era SBY. Saat itu ia mendapatkan banyak tekanan politik. Bahkan ia dianggap tidak setiap terhadap salah satu pihak. Sri Mulyani tak tahan dengan itu semua. Akhirnya ia lebih memilih melepas jabatan prestisius itu. Menteri Keuangan Indonesia yang ditugaskan padanya dilepas dengan mudah.
Sri Mulyani tidak ingin nuraninya disakiti. Terlebih harus mengikuti keinginan beberapa pihak. Meski merasa berat, akhirnya Sri Mulyani lebih memilih jadi pengangguran saja. Biar saja jabatan itu dimiliki oleh orang lain.
Apa yang dilakukan oleh Sri Mulyani ternyata tidaklah sia-sia. Usai melepas jabatan Menteri justru ia mendapatkan tawaran kerja sebagai Managing Director World Bank di Washington DC.
Rejeki enggak ke mana selama niatnya baik, kan?
Dilema Sebuah Tugas Negara dan Mengabdi Pada Orang Tua
Pada tahun 2008 saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, Sri Mulyani mengalami pilihan terberat dalam hidupnya. Ia harus memilih untuk melakukan rapat dengan pelaku usaha dan emiten. Atau ke rumah sakit karena sang ibu dalam kondisi super kritis.
Namun pada akhirnya Sri Mulyani tetap memimpin rapat secara profesional meski suasana hatinya sangat kacau memikirkan kondisi ibunya. Setelah rapat selesai, Sri Mulyani akhirnya mendapat kabar jika sang ibu.
Orang yang mendidiknya selama ini telah meninggal dengan tenang. Dengan jiwa terguncang, Sri Mulyani akhirnya memilih Sholat Magrib terlebih dahulu. Di akhir sholat beliau tak bisa lagi menahan beban. Tangisnya tumpah ruah.
Sri Mulyani mengatakan kepada media: “Saya tetaplah manusia biasa, seorang anak yang baru kehilangan ibunya.”
Kesederhanaan yang Tertancap Sejak Kecil
Kedua orang tua Sri Mulyani adalah Profesor yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk dunia pendidikan. Pasangan suami istri ini dianugerahi 10 anak, Sri Mulyani adalah anak ke-7.
Meski memiliki anak banyak, orang tua dari Sri Mulyani selalu menekan anaknya sekolah setinggi langit. Itulah mengapa rata-rata saudara dari Sri Mulyani bergelar S2 dan S3, bahkan ada yang profesor.
Sejak kecil, orang tua Sri Mulyani selalu mengajarkan kesederhanaan. Nilai moral yang baik tak pernah luput dari ajaran dua profesor ini. Itulah mengapa Sri Mulyani juga mengajarkan sebuah kesederhanaan kepada ketiga anaknya. Meski seorang menteri, Sri Mulyani juga hidup cukup susah.
Ia harus menyekolahkan anaknya yang pertama ke Australia. Belum lagi anak keduanya juga masuk ke Kedokteran UI. Uang yang dimiliki Sri Mulyani semakin menipis. Tapi ia tetap berusaha dengan kuat. Bahkan bila perlu ia akan bekerja tanpa berhenti.
Sangat Membenci Korupsi dan Suka Beramal
Jika Sri Mulyani melakukan korupsi maka ia tak akan kesusahan dalam menyekolahkan anak-anaknya. Sri Mulyani justru mengungkap banyak kasus korupsi yang ada di departemennya.
Ia menganggap korupsi adalah hal yang tak layak untuk dilakukan. Terlebih orang tuanya sangatlah melarang. Daripada korupsi, Sri Mulyani lebih suka beramal.
Seperti yang dituturkan sopir pribadinya sebelum Sri Mulyani mulai kerja di Amerika. Sopir itu menuturkan jika Sri Mulyani kerap berhenti di tengah jalan hanya untuk memberi uang kepada pengemis.
Hal ini dilakukan berkali-kali. Sri Mulyani tidak tega melihat kesengsaraan orang lain.
Tanggung Jawab Adalah Hal yang Harus Dipenuhi
Sepejabat-pejabatnya Sri Mulyani, ia tetaplah ibu yang setiap pagi membuatkan bekal untuk anak-anaknya. Bahkan kerap bingung jika anak mendapat ujian jelek. Sementri-mentrinya Sri Mulyani ia tetaplah istri yang bertanggung jawab atas suami dan urusan rumah tangga.
Dalam dunia pekerjaan, Sri Mulyani dikenal sangat disiplin. Bahkan ia pernah menerobos jalur Busway agar segera tiba di tempat rapat. Bagi Sri Mulyani, kewajiban adalah hal yang wajib dipenuhi. Tak peduli di saat yang sama orang tua sedang sakit hingga meninggal dunia.
Inilah sekelumit kisah dari Mbak Ani, atau Sri Mulyani yang layak kita teladani. Ia menjadi seorang wanita yang hebat dengan memegang keyakinannya. Ia bergerak dengan apa yang menurutnya benar.
Meski tak terlihat dengan jelas, tapi apa yang dilakukan Sri Mulyani adalah simbol nasionalismenya untuk Indonesia. Berjuang dengan keras, tapi selalu jujur di mana saja!