Proses pengembangan tahap awal dilakukan di Korea Aerospace Industries (KAI), setelah itu proses produksi dilakukan di masing-masing negara yakni di fasilitas milik KAI dan fasilitas milik Indonesia di Bandung, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) (Persero).
Jet tempur generasi 4.5 ternyata dirancang mengungguli fighter atau jet tempur yang ada saat ini yakni di atas F-16, F-18, Sukhoi-35, Dassault Rafale hingga Eurofighter Typhoon.
"Generasi 5 baru ada F-35 dan F-22. Kalau kita generasi 4.5. Kita di atas F-16, F-18 sampai Sukhoi-35 karena mereka generasi ke-4," Kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana usai acara penandatanganan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Dengan generasi 4.5, jet tempur karya Indonesia dan Korsel ini memiliki teknologi semi stealth atau kemampuan yang bisa mengecoh radar musuh. Teknologi ini mirip dengan pesawat siluman F-22 milik Amerika Serikat (AS).
"Secara struktur, pesawat ini punya teknologi stealth atau teknologi siluman yang ada di generasi ke-5," Ujar Direktur Utama PTDI, Budi Santoso.
Korsel sendiri, lanjut Budi, dipilih karena bersedia memberikan penguasaan teknologi sampai 100%. Indonesia juga dilibatkan dari awal pengembangan hingga produksi. Padahal, andil Indonesia hanya 20% dari total proyek yang senilai US$ 8 miliar atau Rp 111,52 triliun (US$ 1 = Rp 13.940).
Selain itu, Korsel memiliki pengalaman mengembangan jet tempur T-50 Golden Eagle yang merupakan kerja sama antara KAI dan Lockheed Martin, Amerika Serikat.
"Di sini yang penting adalah kita dapat semua teknologinya," tambahnya.
Dengan penguasaan teknologi 100%, PTDI bisa secara mandiri memproduksi jet tempur di Indonesia mulai 2025. Namun untuk penjualan, share keuntungan antara PTDI dan KAI akan dibagi sesuai setoran modal.
"Sebanyak 20% komponen kita kerjakan, mereka 80% tapi tekonlogi kita dapat 100%," tuturnya.
Pengembangan jet tempur ternyata tak berhenti disitu. Indonesia dan Korsel bisa saja menaikkan kemampuan pesawat menjadi generasi 5 seperti F-22.
"Dengan mulai 4.5, kita nantinya bisa masuk ke generasi 5. Ini penting setelah punya kemampuan updating system dan lain-lain di pesawat," tambahnya.
Rencana pembuatan pesawat tempur ini mulai diresmikan pada tahun 2010, dan sempat dihentikan karena berbagai sebab. Di antaranya adalah karena AS tidak memberikan 4 Teknologi inti, seperti Radar Active, dan Radio Frequency Jummer.
Namun pada tahun 2013, pengembangan pesawat tempur ini mulai dibuka lagi. Bahkan perkembangannya menjadi lebih cepat dan progresif.
Rencananya, pesawat tempur ini akan jadi pada tahun 2020. Dan untuk pertama kali nanti Korea Selatan sebagai kepala proyek akan meluncurkannya di negaranya sendiri dulu.
Baru pada tahun 2022 nanti, pesawat KFX/IFX ini akan mulai diluncurkan dan diperbanyak di Indonesia sendiri.
Rencananya, dalam proyek bersama ini, Korea Selatan akan mendapat 150 unit dan Indonesia mendapat 50 unit.